Alohaaa semuanyaaaa! Gue bikin cerpen kali ini, jadi mumpung ada waktu gue post deh. Hoho. Enjoy it guys!
Hana, gue kasih tau lo orangnya pas acara makrab kelas kita. begitulah isi sms Nelo ketika kutanyakan siapa nama cewek yang dia suka. Oke.. berarti itu hari ini. Tapi sekarang acara makrab telah selesai namun Nelo belum juga memberitahuku siapa orangnya. Ketika kutanyakan jawabannya, dia selalu menunda dan menunda. Ya mungkin karna suasana yang ramai, dan yah.. teman-temanku di kelas yang baru ini, X-2, sebagaian besar adalah penggosip asal yang mencari gosip juga asal-asalan dan abal-abal, jadi tidak ada waktu yang pas untuk Nelo memberitahuku. Jadi, selama acara berlangsung aku hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Nelo agar bisa membuat sebuah prediksi.
Kubaca kembali beberapa sms Nelo ketika kami membicarakan ciri-ciri sang cewek yang beruntung itu. Hmm.. aku memprediksikan Rai lah yang kami bicarakan selama ini. Dia cewek baik, manis, pintar, dan sekelas dengan kami.. sesuai dengan ciri-ciri yang digambarkan. Hmm.. lucu juga kalau mereka pacaran suatu hari nanti. Rai, sosok yang lemah lembut dan agak kekanak-kanakan dengan Nelo, yang keras dan dewasa. Cukup serasi, apalagi mereka berdualah yang telah merencanakan acara makrab malam ini! Asik! Aku tinggal minta pajak jadian saja ke mereka nanti! Hohoho.
Well, mungkin kalian bingung mengapa aku bisa sepeduli ini dengan Nelo. Kami baru kenal, belum sampai tiga bulan yang lalu kami bertemu. Aku belum banyak mengetahui hal-hal tentangnya, begitu pula dengan dia terhadapku. Namun, kurasa kami sudah saling mengisi satu sama lain. Jika kalian tanya mengapa, mungkin karna disini, disekolah baru dan kelas baru, dimana semuanya terasa asing bagiku, dimana semua kenangan di SMP masih membentengi diriku, dialah cowok yang pertama kali berteman denganku. Dia banyak bercerita tentang kehidupannya kepadaku, begitu juga dengan sebaliknya. Percayakah kalian pertemanan ini terjadi bermula dari sebuah pertanyaan tentang PR? Bermula dari hal yang kuanggap sepele, tapi semakin lama hal yang kuanggap sepele itu semakin berkembang dan berkembang. Hei jangan salah paham, bukan berarti aku mencintai Nelo, atau sebaliknya. Kami berteman. Yap itu saja. Dia sudah kuanggap sebagai teman, kakak, dan ayah untukku. Hahaha. Lucu ya, padahal kami baru kenal.
Malam yang semakin dingin, dapat kudengar suara hiruk pikuk teman-temanku. Dibelakangku, Rai dan beberapa orang lainnya sedang membicarakan jalan tercepat dan teraman untuk sampai ke rumah masing-masing. Didepanku ku Eli dan Siska berjalan cepat karna jemputan Eli sudah datang dan menunggu dari kira-kira sepuluh menit yang lalu. Aku dan Nelo berdiri diantara mereka yang sedang sibuk dengan tumpangan pulang. Nelo telah menaiki motornya bersiap untuk pulang, mungkin ini saat yang tepat. Setidaknya perhatian teman-temanku sedang teralihkan, jadi mungkin untuk satu menit kedepan kami bisa mendiskusikan tentang miss. X yang beruntung itu dengan suara yang hanya bisa didengar oleh kami berdua.
"Jadi siapa nih?" tanyaku sambil melihat kesekitar, memantau jika ada yang memperhatikan kami.
"Prediksi lo?" Nelo balik nanya sambil nyengar-nyengir gak jelas.
"Hmm.. Rai, kan?" tanyaku penuh selidik, Nelo tertawa pelan mendengar jawabanku. "Eh malah ketawa.. cepetan Eli udah dijemput nih, gue nebeng sama dia." aku memperhatikan Eli yang berjalan makin jauh dari tempatku berada. Nelo tersenyum geli.
"Oke.. oke.. Kenapa mikirnya Rai deh?"
"Abisnya dia sesuai sama ciri-ciri yang lo kasih ke gue sih.. Salah ya?"
"Iya," Nelo menjulurkan lidahnya, "katanya detektif profesional. Nebak ginian aja gak bisa lo," Nelo menjitak kepalaku pelan.
"Yaudah.. yaudah.. jadinya siapaaaa? Cepet.. cepet.."
Nelo berfikir sebentar, sepertinya bingung mau memberitahuku sekarang atau tidak. Dia berdeham pelan.
"Jadi cewek yang gue suka itu.." dia menarikku untuk mendekat. Kupastikan telingaku terpasang dengan baik agar dapat mendengar suaranya. "Lo." bisiknya.
Aku terdiam. Tak tahu harus bicara apa. Bingung. Masa? Kok bisa? Dapatku rasakan tubuhku mulai bergetar pelan, oh tidak.. lututku melemas.
"Wah.. becanda lo Nel." kataku sambil berusaha untuk menguasai diri. Tanpa kusadari ternyata Rai dan teman lainnya sedang asik memperhatikan kami. Dapat kudengar samar-samar suara 'cieee Hana.. ciee Nelo..' mereka. Sungguh, aku tidak memperdulikan mereka. Pikiranku melayang ke seminggu yang lalu, ketika Nelo mulai bercerita tentang cewek yang dia suka. Jadi, selama ini akulah yang kami diskusikan? Jadi, aku mencari aku? Jadi, aku mendukung Nelo untuk menembak diriku sendiri? Wah.. kacau..
"Seriuslah. Lo-nya aja yang gak nyadar udah dikasih petunjuk berapa kali coba."
"Kok? Duh.. gue bingung.." sepertinya usahaku untuk menguasai diri tidak berhasil.
"Kaget kan? Kaget kan?" katanya puas.
"Banget!" kuatur nafasku perlahan. Begini ya rasanya orang kaget? Nafas jadi megap-megap begini.
"Gue bilang apa, lo pasti kaget."
"Kok lo nyantai sih? Gue udah syok gini."
Nelo tertawa kecil, "Kan gue udah nyiapin mental dari kemaren."
"Hah? Iya deh iya.. aduh.. parah nih gue.."
"Udah.. udah.. nyantai aja, gue balik duluan ya! Lo juga cepetan ntar ditinggal Eli." Diusapnya kepalaku pelan, lalu dia menstrater motornya. Dapat kulihat wajah Nelo yang memerah sedetik sebelum dia memakai helmnya.
"Oke.. hati-hati Nel. Awas ada polisi." kataku berusaha untuk bercanda disaat jantungku masih jumpalitan tak keruan seperti ini. Nelo mengangguk pelan. "Bye!" katanya sebelum motornya beranjak. Dapat kudengar deru motor yang semakin lama semakin menjauh
Oh tidak.. aku harus memberitahu seseorang! Siapa? Tidak mungkin Eli atau Siska. Aduh.. ya ampun. Sempoyongan aku berlari ke arah Eli. Kuputuskan untuk memberitahunya. Ketika mendengar ceritaku, reaksi Eli sama sepertiku. Ya.. Eli sudah tahu tentangku dengan Nelo, karna aku sering bercerita kepadanya.
"Jadi Han, jawabannya iya apa ngga?" pertanyaan Eli membuatku terdiam. Entahlah.. Nelo telah membuatku nyaman. Aku tak mau hubungan itu rusak atau berubah karna hal ini. Tapi disisi lain, aku tak mau menggantungkan perasaannya dengan tidak menjawab apapun. Huaaa.. aku bingung..
Lima belas menit kemudian HPku bergetar. SMS..
From: Anelo
Kaget Han? XD
From: Hana
Banget.. Kenapa bisa deh? Perasaan muka gue biasa, pinter.. rata-rata aja. :@
From: Nelo
Wesehh.. orang yang nilai diri lo Han, yaa.. berarti kita beda pendapat. :P
From: Hana
Iya sih.. tapi tetep aja, syok. --" Jadi.. ada yang mau lo tanyain ke gue?
From: Nelo
Hmm.. nanya apa ya? Menurut lo?
From: Hana
.. gue bingung mau jawab apa. Gue nyaman sama keadaan kayak gini, tapi gue gak mau ngegantungin lo. Tapi gue akui lo emang lebih dari temen biasa, cuma gue belom siap buat pacaran. Jadi sampai waktu gue siap, gue ngebebasin lo suka sama siapapun.
From Nelo:
Hmm? Nyantai ajalah sama gue. Gue gak mau lo terlalu mikirin perasaan gue ke lo, itu malah ngebuat gue gak enak sama lo Han.
From Hana:
Kok gitu? Harusnya gue yang gak enak. :(
From Nelo:
Udah.. udah.. nyantai aja, jangan sedih gitu ah. :D Kita temenan kayak gini aja udah lebih dari cukup buat gue. Nyantai aja ya, gak ada yang berubah kok. :) Gue bakal nunggu lo Han, gak usah buru-buru.
From Hana:
Thanks Neloooo.. lo baik banget banget.. Beruntungnya gue punya fans kayak lo. XD
From Nelo:
Hahaha. Makanya cepet-cepet jadi fans gue. :P
Dan suasana pun kembali seperti biasa. Walaupun aku tau ada sebuah perasaan baru diantara kami. Mungkin aku belum 'menyukainya' untuk sekarang, tapi.. masa depan siapa yang tahu? Percaya nggak hal sebesar ini bermula dari pertanyaan tentang PR?